Yehoshafat adalah anak dari orang yang kurang mampu, Ibunya meninggal dunia saat Yehoshafat berumur 2 tahun. Sepeninggal Ibunya, keluarganya menjadi berantakan, ayah Yehoshafat mempunyai banyak hutang kepada rentenir untuk menghidupi keluarganya, uang hasil kerja sebagai penyapu jalanan saja tidak cukup untuk menghidupi keluarganya.
Yehoshafat duduk di kelas 6 SD, walaupun dia anak dari orang yang kurang mampu tapi ia termasuk siswa yang cukup pandai. Setelah pulang sekolah Yehoshafat selalu menjualkan koran dari toko koran langganannya, setiap hari Yehoshafat mendapat uang sebesar Rp 25.000 dari hasil menjualkan koran. Uang itu ia pergunakan untuk membelikan obat di apotik untuk adiknya yang terbaring lemah di tempat tidur.
Suatu ketika, Yehoshafat diberi sebuah surat dari Pak Marius Gobai, Guru sekolahnya Yehoshafat. Surat itu ia berikan kepada Ayahnya, ternyata isi surat tersebut adalah Yehoshafat diminta untuk membayar uang sekolah yang sudah menunggak selama 4 bulan. Yehoshafat berfikir apakah ia bisa melanjutkan sekolahnya atau tidak.
Yehoshafat sudah 5 hari tidak masuk sekolah, ia berusaha mencari uang bersama ayahnya untuk membiayai sekolahnya. Pada sore hari Ibu Yulben Guru sekolahnya Yehoshafat datang ke rumahnya Yehoshafat, Ibu Yulben bertanya kepada Yehoshafat kenapa sudah tidak masuk sekolah selama 5 hari, Yehoshafat berterus terang bahwa ia mencari uang bersama Ayahnya untuk membiayai sekolahnya. Cukup lama mereka berbincang-bincang, tidak lama kemudian Ibu Yulben berkata kepada Yehoshafat untuk terus sekolah, dan Ibu Yulben akan membiayai Sekolah (SD) Yehoshafat.
Esok harinya Yehoshafat masuk sekolah, di sekolah ada pengumuman bahwa Ujian Sekolah akan diadakan 1 minggu kemudian, dan barang siapa yang lulus dengan nilai yang bagus ia akan mendapat beasiswa untuk masuk SMP Harapan Bangsa secara gratis.
Yehoshafat terus belajar dengan giat, agar ia bisa mendapatkan beasiswa tersebut. Saat Ujian berlangsung, Yehoshafat dapat mengerjakannya dengan baik.
3 minggu kemudian hasil Ujian Nasional diumumkan, Yehoshafat sangat gembira dengan nilai yang cukup bagus, yaitu: BI (9,2), Mat (9), IPA (9,6). dan Ibu Yulben mengumumkan siapa yang mendapat beasiswa masuk SMP Harapan Bangsa. Dan ternyata Yehoshafat yang mendapatkan beasiswa tersebut. Yehoshafat sangat gembira dan berterimakasih kepada semua gurunya dan Ayahnya yang telah membantunya dalam belajar.
Akhirnya Yehoshafat terus melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMP, ia akan belajar dengan sungguh-sungguh supaya berhasil untuk meraih cita-citanya, yaitu seorang Guru.